Tidak terlalu ngeehhh, yang jelas kesan pertama kali “sok cool”. Orangnya kecil, kesana-kemari membawa kamera dan sok dekat dengan muridnya terutama kaum hawa. Terkadang sambil berjalan guru yang satu ini sering bergaya menyibakkan rambut jambulnya ke belakang. Yapp, sebut saja Bapak Prawoto yang setauku pertama adalah seorang guru TIK dan Pembina ekstrakulikuler Zig-zag. Kurang tertarik sebenarnya mendengar ekstrakulikuler menulis karena aku lebih tertarik pada guru Botakku, Pak Topik nama kerennya, yang membina ekstrakulikuler musik. Tapi lama-kelamaan, ketertarikanku muncul ketika diajak sahabat SMA saya, Syakira untuk mengikuti ekstrakulikuler Zig-Zag. “Ayo ikutan Put, pembinanya Pak Pra orangnya asik,” ajak Syakira kepadaku. Apa salahnya untuk mencoba. “Boleh juga Ra,”jawabku tanpa basa-basi. Awalnya aku mengira seleksi masuk Zig-Zag itu tanpa persyaratan. Ternyata tidak, pertama masuk harus mencari 5 artikel yang berbeda dengan teman lainnya dan itu diberi waktu seminggu. Pernah ditolak di salah 1 artikel yang sudah saya cari karena sudah ada yang memakai. Dan akhirnya berhasil dan aku ketrima menjadi anggota redaksi majalah Zig-Zag. Telat memang aku mengikuti ekstrakulikuler ini karena masa LDK yang menurut teman-temanku seru itu terlewatkan begitu saja. Tapi tak apalah,lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Pak Pra,seorang guru yang kemudian saya kagumi selalu memotivasi agar jangan pernah berhenti menulis. Tulislah apa yang ingin kamu inginkan,biarkan mengalir dan akan tumbuh chemistry. Menulislah dari hati dan jadikan santapanmu setiap hari. Seperti itulah motivasi yang sering diberikan Pak Pra kepada murid-muridnya Zig-Zag. Penuh makna dan menarik untuk mulai menikmati ekstrakulikuler jurnalistik ini.Dalam pengajarannya beliau juga tidak jarang mengiformasikan buku-buku terbaru yang menginspirasi. Banyak diantara kami termasuk saya yang antusias membaca buku tersebut tapi pinjam Pak Pra. Hehe sama saja bohong. Di keluarga baru inilah (sebut saja Zig-Zag) aku mempunyai teman-teman baru menyenangkan. Ada Ova,Puput, Dimas, Zelika, Winda, Tika, Hasan, Maya, Itis, Ani, Alfi, Ellaine, Mb.Ami, Mas Hendro dll. Senang rasanya mempunyai teman banyak. Bahkan Pak Pra sering mengajak kami menulis di luar kelas agar bisa menimbulkan banyak inspirasi. Seingatku pertama kali menulis yaitu di bawah pohon. Selain udaranya yang sejuk,ternyata atmosfer udara bawah pohon bisa menjernihkan pikiran. Terlepas dari itu, Zig-Zag telah memberiku pengalaman yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Menjadi panitia bedah novel “Sang Pemimpi” merupakan acara Zig-zag pertama yang aku ikuti. Alhamdulillah acara tersebut banyak diminati teman-teman . Ada lagi yang buatku itu tugas spesial dari Pak Pra untuk aku, Dimas dan Ova. Selain itu mewawancarai peserta UNAS tahun angkatan 2007/2008 di pagi hari. Tapi sayang, kami bertiga telat datang ke sekolah dan hanya bisa mengamati keadaan pagi itu dari jauh. Sesi wawancara dengan salah satu peserta UNAS pun gagal dilakukan. Sebenarnya Pak Pra kecewa, namun beliau tidak memarahi kami. Baiknya lagi Pak Pra mentraktir kami es degan dan aneka camilan di warung neneknya Zelika. Satu lagi pengalaman yang membuatku senang tak terkira. Berkat motivasi Pak Pra menyuruhku lomba menulis blogger “Meraih Mimpi bersama IM3”, tidak kusangka aku menjadi pemenang ke-3 dari 10 kota di Jawa Timur. Selain mendapatkan hadiah uang beserta piagam, aku jga berkesempatan bertemu grup band J’Rock. Tepatnya di Kota Sidoarjo aku melakukan jumpa fans, meet and great, pawai dan sepanggung melihat konser J’Rock. Sungguh beruntung aku hari itu. Lain lagi dengan pengalaman membuat video klip yang merupakan tugas akhir ujian kelas XII SMA. Ketika itu kelompokku mengambil tema lagunya Vidi Aldiano (Status Palsu). Banyak ilmu, cerita, pengalaman, kenangan yang terukir disaat proses pembuatan video berlangsung. Ternyata menjadi sutradara tidak mudah serta tanggung jawabnya besar. Harus mengkoordinir teman-teman, rela menunggu berjam-jam kedatangan teman-teman yang terlambat untuk melakukan take gambar dan lain sebagainya. Dari situlah aku menilai betapa berharganya suatu pengalaman yang kita dapat. Di saat kuliah pun aku masih sering memutar video klip buatan kelompokku dan teman-teman lain ketika kangen dengan masa Putih Abu-Abu yang cukup berkesan bagiku. Tidak lain karena Pak Pra yang menugaskan kami membuat video klip tersebut. Meskipun awalnya kita sering mengeluh namun hasilnya bisa kami nikmati dan simpan seumur hidup. Seperti ekstrakulikuler lainnya, setiap tahun pasti ada pendatang baru dan yang tidak aktif lagi. Khusus angkatanku 2008/2009, Pak Pra menyebutnya “Sindikat 13” karena yang tersisa dan bertahan di kelas menulis tinggal 13 orang. Sedikit namun berpotensi,itulah kami. Diketuai Dimas, dengan anggota saya (Dhanasty), Winda, Ova, Zelika, Tika, Ani, Ellaine, Maya, Itis, Alfi, Ririn, Hasan kami selalu berkomitmen pada jurnalistik. Pak Pra juga mengajak kami untuk bergabung dengan kelas membaca yang ada di komunitas “Sindikat Baca”. Alhasil karya-karya yang kami buat melalui majalah Zig-Zag berarti untuk teman-teman lainnya. Di Sindikat inilah,aku mengukir banyak kenangan yang tak akan terlupakan begitu saja. Suatu ketika Pak Pra mengajak kami menikmati suasana rel kereta api di Jetak. Awalnya aku tidak menyangka, kami disuruh beliau duduk di atas rel kemudian memandangi keadaan sekitar. Banyak orang yang hiruk-pikuk pulang dari ladang menyusuri jalan setapak di samping rel. Kami pun menyapa mereka sembari melambaikan tangan. Sore itu begitu indah dan hangat diantara Sindikat 13. Kebetulan juga di hari itu ketua kami, Dimas berulang tahun. Pak Pra menyuruh kami satu per satu mengungkapkan harapan kepada Dimas. Singkat, penuh canda dan deru kereta api pun sesekali terdengar. Kami cepat-cepat menjauh ketika dari kejauhan kereta tersebut menyalakan lampu tanda bahwa ia akan lewat. Kemudian kami kembali duduk dan memulai bercerita. Kelas menulis sekaligus curhat harus berakhir ketika air dari langit mulai menetas tanda hujan akan dating. Kami segera berkemas, mengambil motor dan menaikkan hingga tepi rel. Begitu romantis. Kenangan lain yang tidak mungkin aku lupakan yaitu Pak Pra mengusulkan kepada kami untuk melakukan perjalanan menulis Sindikat 13 ke Semarang dengan naik kereta api. Pikirku itu hanya rencana saja, tapi kenyataannya tidak. Tepatnya 24 Juni pukul 12.00 WIB, Sindikat 13, Pak Pra beserta satu temannya namanya Mas Ali berkumpul di depan stasiun kereta api Bojonegoro untuk berangkat menuju Semarang. Masih kuingat, kostum Pak Pra hari itu kaos GKS, Tahta beserta sandal kerennya. Carewil,bukan Carvil.hheehe. Aku sangat terharu ketika akan masuk gerbong, teman-teman mengucapkan ulang tahun kepadaku dan Winda yang kebetulan sama tanggal kelahirannya. Aku sangat senang karena di hari itu usiaku 17 tahun. Sweet seventeen lebih tepatnya, aku menganggap rencana perjalanan menulis ke Semarang adalah hadiah terindah dari seorang guruku. Terima kasih Pak Pra dan teman-teman Sindikat 13 yang telah mengajakku ke Semarang. Di Semarang tempat pertama kali yang kami kunjungi yaitu Stasiun Tawang. Kami berhenti disitu untuk melakukan sholat ashar. Selang beberapa waktu kami satu rombongan beserta Mbak Ika teman Pak Pra yang kuliah di Semarang yang sekaligus menjemput kami di stasiun tersebut,mengajak kami jalan-jalan menuju arah kolam di sekitar bangunan kuno di Kota Lama untuk sekedar duduk sambil makan bekal yang kami bawa. Suasana tenang dan romantis lagi-lagi terasa. Setelah itu kami berjalan menuju Gereja Blenduk yang alkisah dulunya adalah sebuah masjid. Setelah melintasi gereja itu kami duduk di atas tikar,tepatnya di trotoar jalan lalu mengabadikan semua itu dengan aksi-jeprat-jepret. Setelah puas berfoto, Pak Pra kemudian menyewakan sebuah kendaraan menuju depan Lawang Sewu, Tugu Muda yang berada di daerah Simpang Lima. Ibaratnya sih, Tugu Muda itu seperti Alun-alun Bojonegoro. Tidak berhenti sampai di situ Nggombel adalah singgahan akhir perjalanan menulis kami malam itu. Sebuah tempat yang cukup romantis bisa memandangi Kota Semarang di atas bukit. Dan kami para cewek, juga diberi tumpangan tidur di kosnya Mbak Ika. Keesokan harinya, dengan repotnya Mbak Ika menyiapkan sarapan pagi untuk kami. Baik hati ternyata Mbak Ika itu. Sekitar pukul 06.00 WIB kami beserta rombongan sudah berada di atas kereta di Stasiun Poncol untuk segera pulang ke Bojonegoro, tentunya meninggalkan Kota Semarang dan Mbak Ika yang baik hati. Betapa merindukannya aku suasana itu. Di luar cara pengajarannya, Pak Pra itu tipe orang yang menyenangkan, supel dan pastinya tidak pelit. Buktinya aku dan Winda sering ditraktir beliau makan siang gratis di warung Bu Pi’i depan sekolah kami. Senang sekaligus membuat perut kami kenyang. Maklum,anak kos.hehe. Sepulang dari sekolah, aku dan Winda tidak langsung pulang, alias mampir ke basecamp untuk sekedar curhat atau ngobrol biasa. Enaknya curhat di Pak Pra itu beliau pasti memberi saran yang baik terhadap kita. Beliau juga welcome terhadap semua orang yang ingin bercerita kepadanya. Tidak pandang bulu entah siswa baru atau siswa lama, beliau senang hati mendengarkan cerita murid-muridnya dengan catatan ketika beliau tidak sibuk. Mengenai manfaat jurnalistik setelah keluar dari SMA , tentunya sangat bermanfaat. Apalagi aku kuliah di jurusan Ilmu Sosial yaitu HKn (Hukum dan Kewarganegaraan) yang banyak membutuhkan kosa kata dalam beragumen, penulisan makalah,diskusi sehari-hari dll. Bermain olah kata seolah menjadi teman akrabku sekarang. Sempat berpikir andaikan dulu aku tidak mengikuti ekstrakulikuler jurnalistik. mungkin aku tidak akan seperti ini. Terima kasih untuk Pak Pra atas ilmu,jasa-jasa yang telah engkau berikan. Untuk kesekian kali maafkan muridmu ini yang selalu berbuat salah ketika masa SMA dulu. Terakhir bertemu Pak Pra ketika aku menghadiri pernikahannya kemarin. Meskipun Pak Pra sedikit berubah dari yang aku kenal dulu, hal ini wajar karena aku juga jarang bertemu dengan beliau. Yang jelas sebagai murid aku senang Pak Pra menemukan pasangan hidup yang selama ini beliau dambakan. Semoga langgeng dunia akhirat. Amin. Sekali lagi terima kasih guruku tercinta, Bapak Prawoto. “Guruku tersayang…guru tercinta.. Tanpamu apa jadinya aku.. Tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal.. Guruku terima kasihku…”
Selasa, 11 Desember 2012
Selasa, 26 Juni 2012
19 tahun
Alhamdulillahirobbilaalamiin…aku masih bisa merasakan ultahku yang ke-19. Walaupun tanpa kue tart,tapi aku sangat bersyukur masih diberi Allah SWT umur yang panjang. Diusiaku yang bertambah ini, banyak harapan yang pengen aku capai. Aku ingin meraih masa depan yang cerah dengan usaha kerasku selama ini. Berhubung aku masih kuliah,yang paling aku harapkan yaitu umur panjang,sehat selalu,diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam menuntut ilmu dan dalam hal apapun, bisa menjadi orang yang bisa dikenang orang lain,banyak teman n sahabat, bisa membanggakan orang tua, bermanfaat untuk orang lain, tidak egois n cepat emosi, semakin dewasa, bisa lulus kuliah tepat waktu dan setelah lulus bisa langsung dapat kerja dan yang paling penting dimudahkan jodohku oleh Allah SWT dengan orang yang seiman,soleh,pengertian dengan aku n keluargaku,dari keluarga baik2,sudah bekerja dan paling utama yaitu setia karena di jaman yang semakin hari semakin berantakan ini sulit mencari orang yang seperti itu. Walaupun aku tahu harapanku semua itu terlalu banyak tapi namanya orang, ya wajar aja. Semoga dengan usaha,do’a dan keridhoan-Mu, aku bisa mudah mencapainya Ya Allah. Amin….. Buat sebuah kenang-kenangan,ini nihh daftar orang yang ngucapin ulang tahun aku lewat sms: 1. (Rahasia): Selamat ulang tahun sayang…Semoga km tmbh pinter,rajin,cantik,baik dan dewasa yank...Inget km uda 19 tahun yank. Aku akan slalu cinta kamu yank,sayang kamu… Smga hdup.mu dridhoi Allah yank,trcpai cita2.mu…#sebuah ucapan yg sngat singkat n sorry telp.ny aku reject# 23.56 WIB 2. Asfi ZZ : Selamat ulang tahun mbak..barengan ya sama mbak Winda… 00.35 WIB 3. Ova : Happy Birthday cinta..Smga pa yg km inginkan slma ini trcapai..Tmbh cntik..tmbh sholeh..tmbh pnter n Ipx smga tmbah baik Amiinn 03.27 WIB 4. Mas Yusup : Met milad put…smoga smwa cita2mu trcapai.. 04.37 WIB 5. Lina : Happy birthday putri, wish u all d’best cpt dpt penggantinya yg masa lalu.amin 06.45 WIB 6. No name : Slmat ulg thun sobat..kn ak ucpkan amin pd stiap doa n hrpn’mu n mnjd trz lbh baik d’msa depan.. 06.49 WIB 7. Irli : Putrii..Happy b’day y… Sukses truz pkoke;-) 07.12 WIB 8. Anita : Happy b’day to u dhan..Wish u all d’bezt. Smga brtmbah sglanya yg baik untkmu..Amin 09.04 WIB 9. Ilham : Happy b’day,,doaku, moga semua yg dhrapkan baik akan tercapai..Amin 09.42 WIB 10. Ibuk : Met ultah yg ke 19 th ya nduk ibuk smpe lupa, mg pj umur,sht,pinter,cpt lulus kulx n enteng jodoh,amin.. 11.09 WIB 11. Dea : Beb put,, happy b’day ya bebb,,smga panjang umur,sehat sll,murah rejeki.Aminn..kadonya nyusul ya say..hehe miss u 13.32 WIB 12. Hermin : hampir lupa put klu skrng ultahmu…Hbd y put…smoga tambah sukses ae..traktiran put 19.53 WIB 13. Sinta : Happy born day my sister dhanasty :-* T hope in the last special day for you I become the last one to say it Makin tua jangan makin manja harus makin dewasa n tegakan prinsip “ jangan biarkan waktu sedetik pun terlewatkan tanpa cerewet “ Hahaha *peace :-P Sukses slalu buat kamu tante,sukses dunia akhirat :-* 23.48 WIB Tanggal 25nya: 14. Osa : Putriii….met ultah ya…maaf telat. Aq kmren dah inget…Tp lupa mau ucapin…hehe 05.59 WIB 15. Dedi : Dhanasty slamat ulang tahun ya..smga smw k inginan n cita2mu trcapai…Amin..maaf telat yo ngucapin nya 07.50 WIB 16. Bella : Mb.putriii…Selamat ulang tahun yya mb..Ketelatan q mb.. Mf bru punya pulsaa q mb..Tak doakan muga2 sukses dunia akhirat 08.31 WIB Selain itu terima kasih juga buat teman-teman yang udah ngucapin ultahku lewat facebook. Thank’s a lot.. Makasihh ya semuanyaa.. 24 Juni 2012
Senin, 26 Maret 2012
Dan inilah kami,The Winner!
Seperti biasa,semester 2 ini hari Rabu kelasku ada jam pelajaran BIP (Bahasa Inggris Profesi). Kelas dimulai pukul 08.45 WIB. Dan kami semua telah memasuki kelas dengan bersiap mengerjakan tugas yang nanti akan diberikan Miss Retno. Sebelum pelajaran dimulai,kegiatan rutin lainnya yaitu menonton video motivasi dari kelompok 3 Setelah kesana-kemari menjelaskan, Miss Retno menyuruh kami untuk duduk sesuai dengan kelompok. Dan kelompokku,my group is…….My geng of group is………
1. Binti Nur Apriliawati (110711434537)
2. Dea Rahajeng Putri (110711434567)
3. Dhanasty Putri Utami (110711434531)
4. Mitra Mustaricha (110711434548)
Hari ini Miss Retno memberikan game untuk kami yaitu menempel arti kata di selembar kertas. Kami berempat pun bersiap mengerjakan tugas dengan baik. Setelah hitungan 1……2………3………… Kami langsung mulai bekerja. Dea kebagian mengambil lem. Aku menempel di kertas. Sedangkan Binti n Mitra sibuk dengan tugasnya mengira-ngira arti kata. Tapi tetep,sebelum ditempel aku dengan yang lain saling mengoreksi terlebih dahulu. Setelah waktu berlalu,dan kami sangat ngos-ngosan alias nggak sempat bernafas (hehheee,alay) akhirnya tugas terselesaikan juga. Session selanjutnya menukarkan selembar kertas itu ke kelompok lain. Kami sangat berharap menjadi yang terbaik. Dag dig dug derrrrr………..hasil diumumkan. Ternyata yang mendapat point tertinggyaitu……..adalah………………Kelompok…………7… Horeeeeeeeeeeeee……..kelompok berhasil. Sontak kami berempat berteriak,layaknya mendapat jackpout.hehe.
Miss Retno: “ Selamat buat kelompok 7. Sebagai hadiahnya saya memberikan kalian berempat reinforcement berupa pensil dan tambahan nilai untuk Bahasa Inggris”,kata beliau dengan senyuman lebar.
Mitra:” Makasihh bu…yeyeyeeee…”
Aku:” Thank you mam….”
Binti:” Iya bu…..terima kasih”
Dea:”Horee…thank you”
Di hari itukami sangat senang. Tidak menyangka pertama kali group yang memenangkan kuis ini. Thanks God……Tidak lupa untuk menjadikan kenang-kenangan setelah wisuda nanti kami berempat berfoto. Dan inilah kami……….The Winner………
4 Hari Bersama
Hari yang dinanti telah tiba. Setelah berbulan-bulan lamanya tidak bertemu. Kangen-kangenku sudah terlepaskan. Miss u pangeranku yang jelek……… Dia berangkat dari Madura sekitar jam 12an siang hari Kamis (23/02) dan nyampe jam 4 sore. Aku waktu itu masih ikut Dialog Terbuka HMJ,jadinya nggak langsung bisa ketemu. No problem. Malemnya (setengah 7) jalan-jalan keluar beli makan nasi lalapan di dekat UIN. Sayangnya aku pakek baju buluk.:-( Enggak tau,soalnya dia bilang jalan-jalan dekat,eh ternyata jauh. Habis itu beli cilok bakar di Matos dan jus strowbery. Hmmm…yummy.. Besoknya seneng banget, bermimpi berangkat kuliah djemput si Ari, benar-benar terjadi. Rasanya enak banget. Pengen diantar jemput terus. Huhuhuhu. Tapi pulang kuliahnya bareng Dea,gara-gara dia masih pup.Dasar! The next,acaranya keliling Malang lagi terus mampir beli es pisang ijo n makan soto did dekat Dieng. Pulangnya ada kecelakaan. Poor them! Dan ini yang paling ditunggu. Pergi ke Matos untuk pertama kalinya dengan Sang Kekasih. Dan aku wajib dandan cantik bair ngedatenya sip. Aku pakek baju kuning kotak-kotakn jilbab coklat muda,sedangkan dia sangat biasa pakek clana pensil panjang n kaos merah. Seusai masuk di parkiran dalam Matos,bayar parkir,masuklah di dalam Matos. Tujuan pertama sebenarnya nonton bioskop,tapi nggak jadi. Jamnya uda kelewat,lagian agak mahal juga.hehe. Acara diganti baca buku di Gramedia,beli novelnya Raditya Dika. Habis itu muter-muter lagi beli the racik n rotiboy makan di Food Court sambil ngobrol kesana-kemari. Lama-kelamaan juga capek. Perut juga kosong (nggak beli di Matos,cz mahal.hohohoho),so pulang. Baru nyampe di parkiran,dasar Si Acong,haha yang ceroboh,kunci sepeda motornya hilang. Cari kesana-kemari,lapor satpam,tukang parkir,telpon Si Awang buat ngambilin kunci serep dan ternyata kuncinya ada di penitipan helm gara-gara jatuh terus diamankan petugasnya disitu. Thanks God. Thanks Bapak-bapak yang uda nyelametin kunci berharga itu. Meluncur keluar Matos n nemui Si Awang di taxi-taxi depan Matos buat minta maaf. “ Wank….maaf ya uda nyusahin”…”Gpp kok,ati-ati ya,”ucap dia sambil berlalu pergi. Huhhftt melelahkan juga. Berikutnya adalah makan nasi goreng+es the+krupuk di Jln. Gajayana. Sesudahnya jalan-jalan lagi,mampir beli martabak buat Awang,terus muter-muter lagi dan pulang lewat depan Matos. So Sweet…..??? Dan inilah hari terakhir aku bersamanya. Sabtu (25/02) pagi hari sekitar pukul 9.aku dengan dia bahagia banget. Kita berlibur di Selecta. Aku seneng banget. Nggak akan pernah bisa lupain saat-saat kayak gini. Sebelumnya kita makan dulu dengan soto lamongan dtemani es teh. Setelah itu tancap gas menuju ke Selecta. Ya Tuhan……………..pemandangan wisata ini sungguh menakjubkan. Setelah bertahun-tahun lalu kesini,semua telah banyak perubahan. Aku dan dia segera membeli tiket dan masuk menikmati keadaan ini. Selama perjalanan mengitari Selecta tanganku dengan tangannya tak hentinya berpegangan. Aku sangat nyaman berada di samping Ari. Aku benar-benar enggak mau kehilangan dia,meskipun aku sering menelan pil pahit. Disana kita naik turun tangga sembari mencari tempat yang enak dibuat ngobrol. Disana aku masih ingat,kita banyak ngomongin tentang hubungan kita,aktivitasnya di Madura dll. Dan yang paling aku suka aku disuapin oreo coklat sama dia. Aku juga tiduran di pundaknya. Kanggeeeeennn banget.:-(. Karena sudah jam 1 n langitnya juga mulai mendung,akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Kita tidak langsung menuju kos-kosan,akan tetapi menuju ke Sardo n membeli brownish Amanda di jalan menuju Pasar Besar. Baru nyampe kos,hujan turun. Alhamdulillah…lega. Malam terakhir ini,aku n dia keluar lagi untuk malem mingguan. Seperti biasa,rute kita pertama adalah jalan-jalan sambil mencari kaosn Arema untuknya. Setetah itu beli nasi goreng gandrung di sebelah Sardo. Manteepp!! Habis itu beli martabak di daerah Suhat (Soekarno-Hatta). Entah kenapa waktu berjalan cepat sekali. Di hari terakhir ini aku kembali meneteskan air mata untuk besok kepergiannya. Ya Tuhan,,,,kenapa harus ini yang terjadi? Kenapa saat-saat bahagia ini kau sengaja mempercepat putaran waktu? Aku sangat akan merindukannya Tuhan….tolong aku.Beri kekuatan. Sesampai kos, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak rela dia besok pulang. Waktu 4 hari serasa 4 detik. Aku nggak sanggup. Tapi apa boleh buat,kenyataannya dia Minggu pagi jam 7 dia pulang dari Malang. Layaknya sebelumnya,aku membekali dia nasi,lauk,air minum n kue. Semoga kamu senang dengan pemberianku. Hati-hati di jalan ya sayang…. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Aku masih pengen melihatmu bulan depan kesini lagi. Asal kamu tau aku slalu sayang n merindukannmu setiap saat. I LOVE U…
Jumat, 10 Februari 2012
Masa Lalu Itu….
Semenjak diputus Tyo, perilaku Dila berubah 100% (seratus persen). Mahkota rambutnya telah habis karena frustasi. Ia memotongnya menyerupai anak lelaki. Semua aksesoris ceweknya pun juga ia buang. Kini hanya 5 gelang karet mirip kepunyaan pengamen jalanan yang melekat di salah satu pergelangan tangannya. Bahkan anting pemberian (Alm.) neneknya , ia tak pedulikan lagi. Pergaulan dengan teman-temannya membawa Dila semakin terjerumus. Dila telah mengenal yang namanya rokok dan minuman keras. Setidaknya 2 kali seminggu,ia mencoba hal itu. Aktivitas di sekolah akhir-akhir ini sering keluar masuk ruang BK(Bimbingan dan Konseling). Dila terlibat pertengkaran yang sebenarnya sangat sepele. Pak Budi (Guru BK) berulang kali menasehatinya. Tapi apa boleh buat, Dila hanya mendengarkannya lewat telinga kanan dan mengeluarkannya lewat telinga kiri. Semua nasehat dianggapnya tak berarti sebagai angin lalu. Kebiasaan merokok pun membuat Dila keras dan seenaknya sendiri.
“ Sampai kapan kamu akan seperti ini? Bapak capek manggil kamu terus,”tutur Pak Budi kepada Dila.
“ Udahlah Pak..nyantai aja,” balas Dila seenaknya.
“Bapak tidak segan-segan membuat surat panggilan orang tua. Kamu ngerti!!!”
“ Iya Pak…iya. Suatu saat nanti saya juga akan berubah,” timpal Dila sambil nggeloyor pergi.”
“ Dasar!! Anak nggak tahu diri,” gumam Pak Budi dalam hati.
Bel masuk berbunyi keras. Para siswa berhamburan menuju kelas. Tak terkecuali Dila.
“ Mati aku, belum ngerjakan PR,” gerutu Dila sambil berlarian di korodor sekolah.
“ Ma’af Bu, saya terlambat. Tadi ada urusan sebentar,”mohon Dila kepada Bu Heny, guru matematikanya.
“ Duduk kamu. Cepat kumpulkan buku PRmu,” bentak Bu Heny dengan keras.
“Kamu uda selesai PRnya??,” tanya Dila ke Maia teman sebangkunya.
“ Pasti kamu belum kan? Ngapain aja sih tadi?keluyuran terus,” jawab Maia ketus.
“ Nggak usah cerewet deh kamu. Bilang aja nggak mau nyonteki,” timpal Dila sewot.
Sial banget hati ini,kenapa nggak sakit aja sekalian. Biar ngeblong pelajaran matematika, terus tidur nyantai di UKS. Huuhh…. Lamunan Dila terpotong dengan adanya omelan Bu Heny.
“ Dila!!! Kalau kamu belum ngerjakan, nggak usah ikut pelajaran Ibu. Di luar sana.”
“ I….i…ya bu…Ssssa ya di luar.”
Mimpi apa aku semalam, sampai kayak gini. Meskipun diii luar kelas agak sepi,tetap aja ada manusia rese ngejek Dila. Terlihat juga 2 cewek sambiil membawa buku bawaannya berbisik-bisik ketika lewat di depan Dila. Dila membalasnya dengan lirikan tajam.
-o-
Brqkkk….tas punggung Dila terlempar jauh di sudut lemari. Semua buku tercecer tak tentu dimana-mana. Selepas ganti baju, Dila langsung pergi ke warnet. Tempat andalan disaat dia stress dengan hidupnya.
“ Mau kemana kamu??,” tanya Lia teman sekosnya yang baru pulang sekolah.
“ Ke warnet lah. Biasa….Kamu kok baru pulang??”
“ Tadi ada rapat OSIS sebentar, mbahas perpisahan kelas 3.”
“ Ouw gitu…Aku berangkat dulu ya.”
-o-
Sudah pukul 7 malam, Dila belum pulang. Sebagai temannya, Lia juga ikut khawatir. Berulang kali, ibu kostnya menanyakan keberadaan Dila. Padahal Lia berusaha menghubungi hpnya, tapi tidak aktif.
“ Assalamualaikum… Huh…..capek,mau mandi dulu ach,” tutur Dila tanpa bersalah.
Di kursi kamar, Lia hanya heran melihat tingkah sahabatnya yang semakin lama semakin nggak tahu aturan.
“Lii….nanti aku bukain pintu ya?? Aku mau keluar sama temanku,” pamit Dila tergesa-gesa.
“ Mau kemana lagi? Nggak belajar ? kok keluar terus? Jangan malem-malem pulangnya. Ingat kamu cewek,” sahut Lia sambil Dila berlalu.
-o-
“ Kok lama banget kamu? Ngapain aja?,” tanya Rey,teman baru Dila.
“ Sory brow..tadi ada problem sedikit. Yang lain mana? Sepi banget. Eh aku pesankan minuman dong?”
“ Okay. Nggak tahu tuh, tumben aja ngaret semua datangnya.”
Sambil meminum kopi susu pesanannya, Dila asyik ngobrol dengan Rey. Tak lama kemudian, teman-teman cowoknya yang terkesan brandal satu-persatu datang. Kegiatan kumpul-kumpul tanpa tujuan seperti ini muali kerap dilakukan. Hanya sekedar datang dan ngobrol. Dila juga tidak menolak, jika teman lainnya menawarkan rokok. Malahan kalau nggak ngrokok sama aja bo’ong.
“Gila…udah jam 10 malam. Tidur dimana nanti aku,”ucap Dila sembari melirik jam yang ada di tangannya.
“Eh…aku pulang dulu ya. Keburu dikunci kostku. Anterin dong Rey??.”
“ Iya ….10 menit lagi tapi.”
Seusai meneguk secangkir kopi, Rey segera tancap gas mengantar Dila pulang. Puntung rokok yang masih menempel di bibir tak lupa ia buang. Sepanjang perjalanan, pikiran Dila menesat jauh entah kemana. Tak henti-hentinya ia mencoba mengirim sms kepada Lia. Tapi gagal. Ketika ditelpon juga tidak pernak diangkat. Lia sudah terlelap di alam mimpi.
-o-
“ Li… Lia bangun…bukakan pintu dong? Uda dikunci ibu kost. Lia….cepetan ya,” paksa Dila dari jendela samping kamar Lia.
“ Apaan sich kamu, ganggu aja. Ngantuk tahu…,” sahut Lia sekenanya.
“ Ayolah Li……cepet. Aku uda nggak tahan,”
“ Tunggu sebentar…”
Sambil berjalan sempoyongan, Lia membukakan pintu untuk Dila. Dua makhluk kecil ini masih sempat terlibat pertengkaran. Sama-sama egois dan nggak mau ngalah.
“ Kapan kamu jadi sinting kayak gini? Uda berani pulang malem, bau rokok dan nggak jelas,” gerutu Lia sedikit emosi.
“ Eh…terserah aku ya mau gimana. Nggak usah ikut campur. Pikirin aja hidup loe,” cerocos Dila.
“ Sebagai sahabat aku punya hak kan, nasehati kamu!!”
“ Oh yea…..,” sahut Dila tanpa mempedulikan Lia berbicara.
-o-
“ Apa!! Ada tugas ekonomi?? Halaman berapa aja? Tanya Dila ke teman sekelas saat hpnya berdering.
“ Banyak bos…..Ada 10 halaman. 42-52.”
“ Wuuihhh……gila banyak banget!! Mati , belum ngerjakan.”
“ Beneran kamu belum?? Aku juga soalnya. Gimana kalau jam 1 & 2 kita nggak usah masuk. Jam 8 ntar baru aku jemput kamu,” tawar Dina.
“ Oke Din…bisa diatur. Gue suka gaya loe.hehehe,” sahut Dila dengan penuh senyum kemenangan.
Mendengar percakapan orang-orang gila itu, Lia tak bisa berbuat apa-apa. Toh percuma kala dinasehati, Dila pasti tak menggubrisnya. Daripada buang-buang waktu lebih baik berangkat ke sekolah.
-o-
Suasana pagi itu membuat Lia sumringah. Biasanya sich bagi remaja seperti ini gara-gara falling in love. Teriakan Tomi mengubah keadaan itu.
“ Li…..kamu itu sekost sama siapa aja sich?? Cewek apa cowok??”
“ Emangnya ada apa? Tumben nanya gitu?”
“ Ya nggak apa-apa. Aku kan tadi malem lewat depan anak-anak sinting. Itu sepertinya ada Dila sedang asyik ngobrol end ngrokok.”
“ Kamu yakin Tom?Nggak salah lihat kamu?”
“ Bener Dil…Aku lihat dia. Remang-remang sich sebelahnya ada Rey, teman SMPku dulu.”
“ Hmmm….pantas aja, tadi malam kamar kostku bau rokok. Eh tapi kamu jaga rahsia ini ya?”
“ Oke prend…Nyantai aja,” tutup pembicaraan Tomi sambil berjalan memasuki kelas.
-o-
Sepulang dari sekolah, Lia tidak langsung tidur. Cuci tangan dan membersihkan tempat tidur karena kamar terkesan seperti kapal pecah. Ketika akan membalikkan bantal, Lia menemukan tempat rokok yang masih ada isinya 3 batang. Lia menduga ini pasti kepunyaan Dila. Terselip rasa kecewa, tapi Lia takkan diam seribu bahasa. Langsung ia raih, hpnya yang tergeletak di atas meja.
“ Tom…kamu bisa bantu aku nggak??,” tutur Lia ketika telpon Tomi.
“ Iya… ada apa?”
“ Kalau ntar malem nggak ada acara, temenin aku ngikuti Dila dong…mau kan?”
“ Iya…bisa kok. Nanti aku jemput ya jam 8.”
-o-
Malam harinya, Lia dan Tomi mengikuti kepergian Dila keluar. Setelah diselidiki ternyata benar, Dila sekarang berteman dengan orang-orang sinting. Kecewa benar Lia mempunyai teman seperti itu. Tidak disangka teman yang sudah dianggapnya sebagai sahabat telah brutal gara-gara makhluk yang biasa disebut cowok. “ Tapi kenapa ya, Dila nggak pernah cerita ke aku masalah ini? Ada apa sebenarnya??,” pikir Lia dalam hati. Mungkin suatu saat Dila akan berubah seperti dulu lagi. Tanpa ada kehidupan kelam masa lalu.
Sindikat 13,goes to Semarang
Terik mentari seolah tak menghiraukan lambaian daun yang bergantian mengalun. Semilir angin berdesahan menghempas seluruh udara di ruang bumi. Perjalanan menulis Sindikat 13 kali ini akan berbeda. Siap bepergian jauh dan berpengalaman di Kota Lama, Semarang.
“Maksimal kalian sampai di stasiun pukul 12.00WIB”, tutur Pembina Zigzag di briefing kemarin. Hari itu aku harus menunggu temanku, Winda di kos-kosan sebelum berangkat. Sempat emosi, pasalnya yang ditunggu-tunggu tak datang jua. Berkali-kali di sms dan ditelfon,tidak-diangkat-angkat. Kasihanlah,seandainya dia aku tinggal. Setelah berlama-lama menunggu, akhirnya Winda muncul. Sebenarnya aku ingin marah dengannya,tapi berhubung ini adalah hari special diriku dan dirinya (bertepatan ultah) maka dipending dulu. Kita berdua berpelukan serta saling mengucapkan “Sweet seventeen”. Sembari tertawa sekaligus make a wish,kita merasa hari ini moment yang beruntung. Seusai menitipkan motornya Winda di rumah Ova,kita bergegas menuju gang kosku untuk menunggu angkot. Apesnya lagi,angkot yang ditunggu lama. Aku dan Winda memutuskan patungan naik becak sampai stasiun. Sambil menikmati pemandangan jalan raya,udara siang itu sungguh berdebu. Kotor,penat seolah tak menyurutkan semangat Abang Becak untuk mengayuh. Kulirik ke belakang,keringat yang mengucur di dahinya semakin deras. Handuk yang melingkar di lehernya sambil dielapkan ketika tetesan keringatnya hampir mengenai mata. Sepertinya kali ini memang rejekinya abang becak tersebut. Baru saja tiba di Bunderan Diponegoro beriringan angkot yang tadinya kami tunggu lewat.”Sebel dech …,”gerugutuku dalam hati. Sesampainya di stasiun,becak kami menabrak sepeda motor. Untungnya tidak terjadi apa-apa,keribut pun dapat dicegah.
Ternyata kehadiranku telah ditunggu-tunggu oleh rombongan. “Anak 2 ini, mesti datang telat,” ucap Pak Pra sambil tersenyum. Kemudian tak lupa mengucapkan “Happy Birthday” dan do’a menuju selalu sukses. Pelukan dari Ova serta jabatan tangan teman-teman lain juga bergantian tak dapat dielak. Terharu bercampur senang di ultahku yang ke-17 tahun. Beberapa menit kemudian, pria dengan kaos hijau bertuliskan GKS,Tahta alias Mr. Pra dan Mas Ali temannya memimpin rombongan kami memasuki ruang antrean kereta api. Sandal dengan merk “Carewil-nya” menuntun kami berjalan melewati lalu lalang penumpang lainnya. Para rombongan terlihat antusias melangkahkan kaki menaiki kereta dengan posisi cowok di belakang karena ladies itu first. Satu persatu pembina kami mencarikan tempat agar kami bisa 1 gerbong. “ Begini ya…rasanya naik kereta api mahal,” gumamku pelan. Waktu itu aku sebangku dengan Vivi dan di depanku ada Ova dan Winda. Sebuah kursi kuning panjang yang menyilahkan pantatku bersandar akan menjadi saksi bisu selama di perjalanan. Udara di kereta pun tetap terasa panas. Niatan temanku, Vivi membuka jendela kereta terlihat bakal menjadi guyonan. Pasalnya dia tidak bisa membuka. Aksi itu tanpa disengaja dilihat oleh Pak Pra. “Ngene lo Vi, ojo ndeso-ndeso to,” tutur beliau dengan khas jawanya. Sontak semua anak tertawa, termasuk aku yang sengaja menertawakan tepat di telinga kanannya. Seketika itu muka Vivi langsung berubah. Yang semula berbinar kini terlihat sedikit cemberut.
Seperti biasa,kegiatan jeprat-jepret turut menghias perjalanan menulis kali ini. Tidak pernah merasa malu meskipun banyak ditonton orang. Deruan suara kereta api menandakan akan melaju pasti. Aku mengira kereta api berjalan searah tempat dudukku,tapi ternyata tidak. Sebel dech…takut pusing soalnya. Pemandangan area sawah nan luas terbentang jauh di sekitar rel. Ayunan daun seolah mengucapkan selamat jalan meninggalkan Kota Ledre. Terlihat di sela-sela sawah Pak Tani sedang mencabuti rumput yang mengganggu padinya. Jarang sekali keadaan seperti itu dapat ku nikmati leluasa. Hembusan angin menyusup di jendela kami tanpa ragu. Setiap terpaan membawa kami menikmati alam tidur. Sungguh menyegarkan..Lamunan itu tiba-tiba saja dibubarkan oleh manusia depanku alias Ova yang mengajak kami ber-empat (aku, Vivi, Ova, Winda ) untuk seru-seruan. Dia mengusulkan abc-an, bersyaratkan yang kalah bagian muka dicoreti bedak. Akhirnya semua sepakat dan memulai permainan. Tanpa sadar satu-persatu diantara kami sudah banyak yang kena sanksi. Wajah yang awalnya sudah ditaburi bedak,kini semakin tebal seperti badut. Orang yang melihat kegilaan kami merasa heran juga. Sampai-sampai pasutri belakang kami merasa bĂȘte mendengat ocehan kami yang ramai. Celotehan lain dari penarik karsis menambah hebohnya permainan. Sebenarnya agak malu,tapi apa boleh buat. Tujuan kami kan agar perjalanan seru aja gitu..Setelah berlangsung lama, Vivi lah pemain terkalah. Coretan bedak hampir memenuhi raut mukanya,sedangkan lainnya hanya beberapa coretan. Moment terasa kurang kalau tidak diabadikan lagi.Di sudut kereta juga nampak peserta rombongan kami sibuk melakukan kegiatannya. Ada yang membaca Novel, yaitu Augustin. Dengan body languangenya,seakan-akan dia sedang memerankan pemain novel itu. Sedangkan lainnya ada yang asyik bercengkrama, menikmati pemandangan.dan ngemil tak henti-hentinya. Di kesibukan tersebut, pembinaku mengirim sms untuk para peserta dan wajib dibalas.Isinya yaitu perasaan kalian saat ini di dalam kereta. Balasannya bisa berupa ungkapan singkat ataupun puisi. Satu persatu sms itu dibaca Pak Pra sembari senyum. Karena penasaran, aku pura-pura meminjam hpya Pak Pra alias PI (Penjahat Inbox).hehe.
Tidak terasa pukul 16.30 WIB akhirnya tiba juga di Stasiun Tawang. Para rombongan turun dan segera menuju mushola untuk menunaikan ibadah dulu. Sungguh berbeda keadaan sore itu. Hiruk pikuk warga Semarang nampak sedikit semrawut. Apalagi di dekat bangunan Kota Lama, banyak lalu lalang kendaraan yang tak teratur. Setelah selesai,para rombongan di ajak jalan-jalan kearah kolam tepat bangunan lama tersebut dengan Mbak Ika, teman Pak Pra yang kuliah di Semarang. Dari kejauhan, kolam itu bagus tetapi seusai didekati airnya keruh dan sangat menjijikkan. Sebenarnya keadaan disini tenang dan bernuansa jaman dulu. Sekitarnya berdiri bangunan kuno peninggalan Penjajah Belanda. Disempatkan oleh para rombongan untuk foto bersama. Kemudian kami menggelar tikar membuka bekal makanan yang telah dibawa. Sayangnya aku tidak membawa nasi, jadinya makan ikut Yogi, Tika dan Vivi. Dasar anak pemalas.haha. Tetapi terasa sekali kekeluargaan saat itu. Ya…meskipun ada salah seorang yang tak kusuka sejak naik kereta tadi. Adzan maghrib telah tiba, yang tak berhalangan langsung menuju mushola tempat awal kita tadi. Sedang yang berhalangan tetap duduk di tikar sembari benar-benar terbawa keadaan saat itu. Sekitar 20 menitan, kami pun melanjutkan perjalanan mengitari bangunan Kota Tua. Berjajaran bangunan tua dengan tingginya, kokoh berdiri menjulang ke atas. Mbak Ika juga mengajak kami melewati jendela yang katanya pernah digunakan syuting film AAC (Ayat-ayat Cinta)ketika Fahri memberikan makanan kepada seorang wanita dengan cara sebuah wadah yang dikerek.Wah…jadi terbayang aku sebagai pemain wanita itu. Sebuah Gereja Blenduk yang dulunya adalah masjid menjadi tempat istirahat kami selanjutnya. Lagi-lagi kita menggelar tikar di pinggir jalan. Suasana saat itu terlihat sepi hanya lalu lalang kendaraan yang membuat sedikit bising. Kami juga tidak lupa untuk berfoto-foto ria dengan berbagai pose.
Pukul 20.00 WIB, Pak Pra menyewakan sebuah kendaraan yang akan membawa rombongan Sindikat 13 berkeliling mengitari Kota Semarang. Tidak seperti Bojonegoro, disini sangat ramai. Berbagai bangunan, pusat perbelanjaan dan masih banyak lagi terlihat indah serta tertata rapi. Aku sempat terkejut ketika melewati bangunan tua yang gelap. Bayanganku pasti di situ banyak penampakan makhluk halus. Dan ternyata bangunan tersebut adalah Lawang Sewu. Katanya kakakku sich, itu merupakan penjara penjajahan Belanda yang berdiri sejak tahun 1905. Satu persatu Sindikat 13 turun dan menikmati area seram itu. Sayangnya pembinaku melarang kami masuk, takut terjadi kesurupan.” Ingat anak-anak, tujuan kita bukan rekreasi tetapi perjalanan menulis,” tutur beliau dengan nada marah. Apa boleh buat kami harus menurut. Toh yang rugi andai terjadi apa-apa bermuara pada semuanya. Sebenarnya aku dan Winda menggebu-gebu ingin masuk ke bangunan tua itu tapi takut tidak bisa tidur dan terbayang-bayang. Terdengar mitos kalau dulu ada awak stasiun televisi yang masuk dan tak kembali. Menurut kabar orang tersebut dimakan makhluk halus serta tersesat jauh. Akhirnya Sindikat 13 menuju Tugu Muda yang berada di depan Lawang Sewu, Di tempat itu kita bisa merasakan mistisnya bangunan itu. Jika diumpamakan istilahnya Tugu Muda itu merupakan alun-alun Bojonegoro. Perbedaannya disini ramai oleh kawula muda, dengan jalan yang melintang di sampingnya biasa disebut Simpang Lima. Kulihat jam di hpku menunjukkan 21.10 WIB, tetapi para kawula muda terlihat baru keluar dari kandangnya. Beginilah keadaan kota yang jika dibandingkan daerah desa, dimana pukul 21.00 WIB para cewek harus sudah berada di dalam rumah. Tidak sedikit, para kawula muda menggunakan Tugu Muda itu sebagai tempat mesum. Disana sini banyak yang bergandengan tangan,mojok bahkan aku juga melirik sepasang manusia yang melakukan kiss.hehe. Padahal banyak lalu lalang orang yang melihatnya tetapi mereka sama sekali tak peduli.
Malam sudah semakin larut, perjalanan menulis kini akan menuju daerah Nggombel. Sebuah tempat asyik pinggir jalan yang bisa digunakan untuk menikmati Kota Semarang di atas bukit yang menurun. Lampu-lampu berkelap-kelip menambah indahnya suasana itu. Lengkap rasanya karena disitu tersedia penjual yang menawarkan berbagai makanan dan aneka minuman. Tetapi jangan kaget, rasa menunya tidak memuaskan dan mahal. “Disini yang mahal sebenarnya bukan makananya tetapi suasananya,” bisik Pak Pra kepada salah seorang temanku. Pukul 23.00 WIB rombongan Sindikat 13 menuju ke kos-kosan Mbak Ika untuk beristirahat. Sepanjang perjalanan
hanya mendengarkan Hasan dan Yogi bercerita. Setelah sampai di kos Mbak Ika,anak-anak cewek bersiap untuk ganti baju dan sholat isya’ bergantian. Maklum..kan antre. Tidak lama kemudian,semua telah sampai di alam mimpi. Terkecuali Tika dan Ririn yang belum mengantuk dan ngobrol asyik tentang Naruto. Sekitar pukul 03.30 WIB, Mbak Ika membangunkan kami agar segera bersiap pulang meninggalkan Kota Semarang. Ternyata Mbak Ika itu orangnya super baik. Pagi dini hari tadi,dia sudah menyiapkan makanan mie untuk kami. Sungguh rejeki yang tak terduga. Sebelum berpamitan,kami menyalami Mbak Ika satu-persatu. “ Makasih ya Mbak,sudah ditumpangi tidurnya. Jadi ngrepotin,” tuturku sambil menjabat tangannya. “ Iya…sama-sama dek,” balas Mbak Ika dengan senyuman.
Menuju stasiun Poncol, rombongan dimanjakan dengan alat transportasi mahal. Seperti biasa taxi yang kami tumpangi berjalan mulus tanpa halangan. Suasana pagi itu juga Nampak sepi serta lengang. Jarang sekali kendaraan lewat mendahului taxi kami. Sesampainya di Stasiun Poncol, Mr. Pra dengan sigap memesankan tiket untuk rombongan. Sekitar pukul 06.00 WIB, semuanya sudah berada di atas kereta. Semrawut memang pagi itu. Kereta yang satu ini sangat berbeda dengan yang kami tumpangi sewaktu berangkat. Berbagai penjual wara-wiri menawarkan barang dagangannya. Berbagai minuman, buah-buahan,keripik, nasi pecel,mainan anak kecil dan banyak lainnya. Aku dan teman-teman yang lain sempat merasakan nasi pecel ala Kota Semarang. Hemmm….rasanya nikmat,tak seperti pecelnya Bu Salam. Yang satu ini lebih mantap. Pedas manisnya sangat menyatu.Ada juga yang sampai berdesak-desakkan satu sama lain. Semua itu dilakukan hanya untuk mengais rejeki.Para pengamen pun silih berganti menyanyikan lagu andalannya. Lengkap sudah pagi yang cerah di hari tersebut. Beruntungnya tempat duduk kami saling berdekatan seperti kemarin. Jadinya kita bisa seru-seruan bareng. Di kereta itu tidak sengaja Pak Pra bertemu dengan Kak Hasan, alumni SMAda yang jago teater. Akhirnya diajak bergabung dengan kami. Kehadiran Kak Hasan bisa menambah riuhnya suasana. Aku juga sempat curhat dengannya. Bagaimana rasanya jadi anak kuliahan, pergaulan bebas di kota besar, enakan mana anak kuliahan dengan anak SMA dan lain sebagainya. Pertanyaan tersebut dijawabnya santai layaknya orang tak berdosa alias penuh humor. Terkadang Kak Hasan itu tidak bisa ditebak. Ketika ditanya serius,e..jawabnya ambuaradul.” Coba San, adek-adekmu ini kasih ilmu tentang kegiatan menulis,” pinta Pak Pra sabil siap memotret. “ Adek-adekku tersayang,menulis itu sangat penting. Dan jangan lupa sikat gigi sebelum tidur,” jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak. Sontak para pendengar langsung ikut tertawa. Dasar…anak yang rese. Di sepanjang perjalanan kita saling heboh dengan pengalaman yang baru saja terjadi. Seakan hanya mimpi serta ingin terulang kembali. Perjalanan menulis kali ini terbilang sukses tanpa hambatan. Yach….meskipun tidak jadi masuk Lawang Sewu, setidaknya pernah melihatnya secara live. Para rombongan sampai di Stasiun Bojonegoro pukul 11.00 WIB. Semua bersiap pulang dan berbagi cerita kepada teman lainnya. Sebelumnya Mr. Pra menyuruh kami berfoto bersama sebagai kenang-kenangan Sindikat 13.
“ Tetaplah berkarya anakku. Kalian adalah generasi muda yang dibanggakan. Sukses selalu,” tutur Pak Pra mengakhiri pertemuan itu. Kami pun pulang ke markas masing-masing beriringan perasaan bahagia. Tak lupa menjabat tangan guru kami yang penuh dengan semangat berkobar.
Dhanasty P.U
Anggota Sindikat 13
SMAdaBO
Nb lagi: baru sempat masukin ke blog.hehehe
Selasa, 31 Januari 2012
Akhir Bulan Januari..hehe
Hmmm..jadi keinget tadi malem.Seneng rasanya akhirnya bisa jalan-jalan bareng ke Matos sama temen-temen. Setelah sekian lama disibukkan banyak tugas.haha.sok sibuk. Sayangnya tadi malem kekasihku ga ikut. Dia lagi ada dirumah. Maklum,kan kuliahnya aja beda,jadinya ga selalu bisa keluar bareng. Duh...sedihnya. Tapi no problem,semalem juga uda terasa asyik. Ada Dea sama Mas Pep, Evrida sama Om Ded, dan aku ditemani sama segelas teh racik n kentang goreng. Mantap!
Sayangnya agenda tadi malem,foto studio gagal..nyebelin banget. Padahal uda nunggu lama,ee...malah nggak jadi. So,acaranya diganti GJ sambil makan kulit ayam crispy,kentang goreng,teh tong ji n teh rajik. Porsinya sich sedikit,tapi uda buat perutku n teman-teman yang lain kenyang. Apa gara-gara camilannya mahal jadinya bikin kita cepat kenyang.haha. Keasyikkan ngobrol bareng,sampe lupa kalau waktu uda menunjukkan pukul 9 malem. Cepet2 dech pulang,menuju parkiran motor dalam Matos n say good bye.
Nb: Berangkatnya sama Evrida pakek motornya Om Ded, Om Ded pakek motornya Dea, Dea boncengan sama Mas Pep.
Terus pulangnya aku diantar Dea pakek motornya sendiri. Evrida n Om Ded boncengan bareng. Dan mas Pep motoran sendiri.kasihan...:-)
Cuplikan di atas bukan fiktif belaka alias nyata. Semoga menjadi penyemangat aku nulis di blog selanjutnya.