This nice Blogger theme is compatible with various major web browsers. You can put a little personal info or a welcome message of your blog here. Go to "Edit HTML" tab to change this text.
RSS

Jumat, 10 Februari 2012

Masa Lalu Itu….

Semenjak diputus Tyo, perilaku Dila berubah 100% (seratus persen). Mahkota rambutnya telah habis karena frustasi. Ia memotongnya menyerupai anak lelaki. Semua aksesoris ceweknya pun juga ia buang. Kini hanya 5 gelang karet mirip kepunyaan pengamen jalanan yang melekat di salah satu pergelangan tangannya. Bahkan anting pemberian (Alm.) neneknya , ia tak pedulikan lagi. Pergaulan dengan teman-temannya membawa Dila semakin terjerumus. Dila telah mengenal yang namanya rokok dan minuman keras. Setidaknya 2 kali seminggu,ia mencoba hal itu. Aktivitas di sekolah akhir-akhir ini sering keluar masuk ruang BK(Bimbingan dan Konseling). Dila terlibat pertengkaran yang sebenarnya sangat sepele. Pak Budi (Guru BK) berulang kali menasehatinya. Tapi apa boleh buat, Dila hanya mendengarkannya lewat telinga kanan dan mengeluarkannya lewat telinga kiri. Semua nasehat dianggapnya tak berarti sebagai angin lalu. Kebiasaan merokok pun membuat Dila keras dan seenaknya sendiri.
“ Sampai kapan kamu akan seperti ini? Bapak capek manggil kamu terus,”tutur Pak Budi kepada Dila.
“ Udahlah Pak..nyantai aja,” balas Dila seenaknya.
“Bapak tidak segan-segan membuat surat panggilan orang tua. Kamu ngerti!!!”
“ Iya Pak…iya. Suatu saat nanti saya juga akan berubah,” timpal Dila sambil nggeloyor pergi.”
“ Dasar!! Anak nggak tahu diri,” gumam Pak Budi dalam hati.
Bel masuk berbunyi keras. Para siswa berhamburan menuju kelas. Tak terkecuali Dila.
“ Mati aku, belum ngerjakan PR,” gerutu Dila sambil berlarian di korodor sekolah.
“ Ma’af Bu, saya terlambat. Tadi ada urusan sebentar,”mohon Dila kepada Bu Heny, guru matematikanya.
“ Duduk kamu. Cepat kumpulkan buku PRmu,” bentak Bu Heny dengan keras.
“Kamu uda selesai PRnya??,” tanya Dila ke Maia teman sebangkunya.
“ Pasti kamu belum kan? Ngapain aja sih tadi?keluyuran terus,” jawab Maia ketus.
“ Nggak usah cerewet deh kamu. Bilang aja nggak mau nyonteki,” timpal Dila sewot.
Sial banget hati ini,kenapa nggak sakit aja sekalian. Biar ngeblong pelajaran matematika, terus tidur nyantai di UKS. Huuhh…. Lamunan Dila terpotong dengan adanya omelan Bu Heny.
“ Dila!!! Kalau kamu belum ngerjakan, nggak usah ikut pelajaran Ibu. Di luar sana.”
“ I….i…ya bu…Ssssa ya di luar.”
Mimpi apa aku semalam, sampai kayak gini. Meskipun diii luar kelas agak sepi,tetap aja ada manusia rese ngejek Dila. Terlihat juga 2 cewek sambiil membawa buku bawaannya berbisik-bisik ketika lewat di depan Dila. Dila membalasnya dengan lirikan tajam.
-o-
Brqkkk….tas punggung Dila terlempar jauh di sudut lemari. Semua buku tercecer tak tentu dimana-mana. Selepas ganti baju, Dila langsung pergi ke warnet. Tempat andalan disaat dia stress dengan hidupnya.
“ Mau kemana kamu??,” tanya Lia teman sekosnya yang baru pulang sekolah.
“ Ke warnet lah. Biasa….Kamu kok baru pulang??”
“ Tadi ada rapat OSIS sebentar, mbahas perpisahan kelas 3.”
“ Ouw gitu…Aku berangkat dulu ya.”
-o-
Sudah pukul 7 malam, Dila belum pulang. Sebagai temannya, Lia juga ikut khawatir. Berulang kali, ibu kostnya menanyakan keberadaan Dila. Padahal Lia berusaha menghubungi hpnya, tapi tidak aktif.
“ Assalamualaikum… Huh…..capek,mau mandi dulu ach,” tutur Dila tanpa bersalah.
Di kursi kamar, Lia hanya heran melihat tingkah sahabatnya yang semakin lama semakin nggak tahu aturan.
“Lii….nanti aku bukain pintu ya?? Aku mau keluar sama temanku,” pamit Dila tergesa-gesa.
“ Mau kemana lagi? Nggak belajar ? kok keluar terus? Jangan malem-malem pulangnya. Ingat kamu cewek,” sahut Lia sambil Dila berlalu.
-o-
“ Kok lama banget kamu? Ngapain aja?,” tanya Rey,teman baru Dila.
“ Sory brow..tadi ada problem sedikit. Yang lain mana? Sepi banget. Eh aku pesankan minuman dong?”
“ Okay. Nggak tahu tuh, tumben aja ngaret semua datangnya.”
Sambil meminum kopi susu pesanannya, Dila asyik ngobrol dengan Rey. Tak lama kemudian, teman-teman cowoknya yang terkesan brandal satu-persatu datang. Kegiatan kumpul-kumpul tanpa tujuan seperti ini muali kerap dilakukan. Hanya sekedar datang dan ngobrol. Dila juga tidak menolak, jika teman lainnya menawarkan rokok. Malahan kalau nggak ngrokok sama aja bo’ong.
“Gila…udah jam 10 malam. Tidur dimana nanti aku,”ucap Dila sembari melirik jam yang ada di tangannya.
“Eh…aku pulang dulu ya. Keburu dikunci kostku. Anterin dong Rey??.”
“ Iya ….10 menit lagi tapi.”
Seusai meneguk secangkir kopi, Rey segera tancap gas mengantar Dila pulang. Puntung rokok yang masih menempel di bibir tak lupa ia buang. Sepanjang perjalanan, pikiran Dila menesat jauh entah kemana. Tak henti-hentinya ia mencoba mengirim sms kepada Lia. Tapi gagal. Ketika ditelpon juga tidak pernak diangkat. Lia sudah terlelap di alam mimpi.
-o-
“ Li… Lia bangun…bukakan pintu dong? Uda dikunci ibu kost. Lia….cepetan ya,” paksa Dila dari jendela samping kamar Lia.
“ Apaan sich kamu, ganggu aja. Ngantuk tahu…,” sahut Lia sekenanya.
“ Ayolah Li……cepet. Aku uda nggak tahan,”
“ Tunggu sebentar…”
Sambil berjalan sempoyongan, Lia membukakan pintu untuk Dila. Dua makhluk kecil ini masih sempat terlibat pertengkaran. Sama-sama egois dan nggak mau ngalah.
“ Kapan kamu jadi sinting kayak gini? Uda berani pulang malem, bau rokok dan nggak jelas,” gerutu Lia sedikit emosi.
“ Eh…terserah aku ya mau gimana. Nggak usah ikut campur. Pikirin aja hidup loe,” cerocos Dila.
“ Sebagai sahabat aku punya hak kan, nasehati kamu!!”
“ Oh yea…..,” sahut Dila tanpa mempedulikan Lia berbicara.
-o-
“ Apa!! Ada tugas ekonomi?? Halaman berapa aja? Tanya Dila ke teman sekelas saat hpnya berdering.
“ Banyak bos…..Ada 10 halaman. 42-52.”
“ Wuuihhh……gila banyak banget!! Mati , belum ngerjakan.”
“ Beneran kamu belum?? Aku juga soalnya. Gimana kalau jam 1 & 2 kita nggak usah masuk. Jam 8 ntar baru aku jemput kamu,” tawar Dina.
“ Oke Din…bisa diatur. Gue suka gaya loe.hehehe,” sahut Dila dengan penuh senyum kemenangan.
Mendengar percakapan orang-orang gila itu, Lia tak bisa berbuat apa-apa. Toh percuma kala dinasehati, Dila pasti tak menggubrisnya. Daripada buang-buang waktu lebih baik berangkat ke sekolah.
-o-
Suasana pagi itu membuat Lia sumringah. Biasanya sich bagi remaja seperti ini gara-gara falling in love. Teriakan Tomi mengubah keadaan itu.
“ Li…..kamu itu sekost sama siapa aja sich?? Cewek apa cowok??”
“ Emangnya ada apa? Tumben nanya gitu?”
“ Ya nggak apa-apa. Aku kan tadi malem lewat depan anak-anak sinting. Itu sepertinya ada Dila sedang asyik ngobrol end ngrokok.”
“ Kamu yakin Tom?Nggak salah lihat kamu?”
“ Bener Dil…Aku lihat dia. Remang-remang sich sebelahnya ada Rey, teman SMPku dulu.”
“ Hmmm….pantas aja, tadi malam kamar kostku bau rokok. Eh tapi kamu jaga rahsia ini ya?”
“ Oke prend…Nyantai aja,” tutup pembicaraan Tomi sambil berjalan memasuki kelas.
-o-
Sepulang dari sekolah, Lia tidak langsung tidur. Cuci tangan dan membersihkan tempat tidur karena kamar terkesan seperti kapal pecah. Ketika akan membalikkan bantal, Lia menemukan tempat rokok yang masih ada isinya 3 batang. Lia menduga ini pasti kepunyaan Dila. Terselip rasa kecewa, tapi Lia takkan diam seribu bahasa. Langsung ia raih, hpnya yang tergeletak di atas meja.
“ Tom…kamu bisa bantu aku nggak??,” tutur Lia ketika telpon Tomi.
“ Iya… ada apa?”
“ Kalau ntar malem nggak ada acara, temenin aku ngikuti Dila dong…mau kan?”
“ Iya…bisa kok. Nanti aku jemput ya jam 8.”
-o-
Malam harinya, Lia dan Tomi mengikuti kepergian Dila keluar. Setelah diselidiki ternyata benar, Dila sekarang berteman dengan orang-orang sinting. Kecewa benar Lia mempunyai teman seperti itu. Tidak disangka teman yang sudah dianggapnya sebagai sahabat telah brutal gara-gara makhluk yang biasa disebut cowok. “ Tapi kenapa ya, Dila nggak pernah cerita ke aku masalah ini? Ada apa sebenarnya??,” pikir Lia dalam hati. Mungkin suatu saat Dila akan berubah seperti dulu lagi. Tanpa ada kehidupan kelam masa lalu.

0 komentar: