This nice Blogger theme is compatible with various major web browsers. You can put a little personal info or a welcome message of your blog here. Go to "Edit HTML" tab to change this text.
RSS

Sabtu, 12 Desember 2009

Ibu, Jantung Hidupku


Betapa besarnya pengorbananmu untukku...
Betapa besarnya cinta dan kasih yang engkau beri...
Betapa besarnya kesabaran dan ketulusan yang telah engkau beri...
Semua itu adalah jasa-jasamu....
Oh Ibu....

Terlahir di dunia (24/6) enam belas tahun silam di saat umat muslim melakukan sembahyang subuh. Dengan bantuan seorang bidan, engkau telah menyelamatkanku agar terbebas dari ruangan gelap perutmu. Ayah tercinta pun mondar-mandir di depan ruangan persalinan dengan wajah bingungnya menunggu kehadiranku. Selamat atau tidak?? Dua buah kata penggangu pikiran. Tidak lupa sederet do’a mengalir teucap mengiringi proses persalinan. Setelah beberapa lama menunggu. Ibu Bidan keluar dari rungan dengan wajah berbinar. Memberi kabar ayah sekaligus dunia bahwa aku lahir selamat dengan berat 2,4 kg. Berbanggalah ayah seketika itu. Di hari-hari selanjutnya ayah dan ibu merawat aku penuh kasih sayang. Kau ajarkan aku banyak ilmu. Ilmu untuk berbicara, berjalan, belajar hingga saat ini aku telah tumbuh menjadi remaja. Sebuah masa yang rentan akan pergaulan. Apalagi aku sekarang menuntut ilmu di kota dimana banyak resiko. Tetapi entah kenapa aku baru sadar, ketika jauh seperti ini. Tidak jarang ku keluarkan air mata sebagai tanda kerinduanku serta permintaan maafku kepadamu. Sebelum tidur, aku sering membayangkan wajahmu. Sedang apakah engkau disana??Rindukah engkau denganku??Anakmu disini selalu membutuhkan dan merindukanmu!! Meskipun hanya untuk mencurahkan isi hatiku. Aku ingin engkau selalu di dekatku, ibu.
Hari Senin, mungkin engkau membencinya. Pagi itu kau harus membangunkanku pukul 04.00 untuk bersiap berangkat ke sekolah. Molor sedikit pun akan membuatku terlambat, karena jarak rumahku sekitar 27 km. Aku harus kembali ke kos dan berlanjut sekolah. Air hangat hasil rebusanmu selalu menemaniku di pagi tersebut. Bekal makan juga kau buatkan agar aku tidak kelaparan di sekolah. Tidak cukup itu, kau selalu mempersiapkan barang apa saja yang perlu aku bawa. Aku terharu melihatmu seperti itu, ibu. Betapa perhatiannya engkau kepadaku. Setelah semua beres, engkau bangunkan ayah dan berkata:” Yah, anakmu akan berangkat ke sekolah”.”Oh iya anakku,hati-hati di jalan ya??,”tuturmu halus. Seketika itu ku langkahkan kaki keluar rumah bersiap meninggalkan engkau dengan keluarga. Kecupan dahi dan bibir pun tidak lupa untuk adikku tercinta. Adik Bintang. Engkau juga mengantarkanku ke jalan raya sampai memperoleh kendaraan. Aku teringat kemarin (7/12),aku terlambat bangun dan memperoleh kendaraan. ”Makane nek digugah ki gak usah rewel!nek gak entuk kol piye?”. (red: ”Makanya kalu dibangunkan itu jangan molor! Kalau tidak dapat kendaraan bagaimana?”). Sebaris kalimat ketika engkau marah denganku. Tetapi aku menanggapinya bahwa itu perhatian. Aku juga tidak pernah menyadari kesalahanku. Aku belum bisa mandiri saat ini. Aku masih terlalu manja dan cengeng untuk menjadi remaja. Aku selalu merepotkanmu ibu. Aku selalu membuatmu marah. Aku akan membalasnya suatu saat. Aku tidak ingin engkau tiada sebelum aku mewujudkannya.

Aku cinta dan sayang engkau ibu.......
Aku butuh engkau ibu....
Sekarang, nanti dan selamanya...