Tugas ZZ 6
Pendidikan, suatu hal pokok yang wajib dimiliki semua anak. Dimulai dari TK, SD, SMP,SMA hingga Perguruan Tinggi mampu menjadikan anak memperoleh pendidikan maksimal. Berbekal pendidikan, kita dapat membedakan anak bermoral dengan yang tidak. Akan tetapi, dari tahun ke tahun sesuai perkembangan zaman globalisasi, pendidikan di Indonesia tak tentu arah. Banyak kecurangan di sana sini menyebabkan Indonesia lambat laun terpuruk.Ketidakdisiplinan dan kurangnya sanksi tegas, merupakan penyebab semua itu. Bagi para pelajar, yang satu ini mungkin tidak dapat dipisahkan. Pasti semua pernah melakukan, bahkan ada juga yang sampai ketagihan. "Mengerjakan PR di Sekolah", jawabnya. Hal ini sering disebut adat anak sekolah selain menyontek dan ngrepek saat ulangan. Meskipun berdampak buruk, tetapi tetap dilakukan.
PR awalnya merupakan tugas yang diberikan guru setelah beliau memberi pengajaran. Waktu mengerjakannya di rumah, bukan di sekolah. Tujuan PR sendiri agar kita mau belajar, mengulang pelajaran lalu dan yang akan datang.Ada juga siswa yang malas mengerjaknnya. Salah satunya "Fr". "Saya itu malas sekali mengerjakan PR, lebih baik sms'an. Jujur, PR itu bagi saya sangat memberatkan. Menyontek teman di kelas kan bisa?Ngapain susah-susah?", cerocosnya panjang lebar. Beda lagi dengan cewek berambut panjang, Upik namanya. Si Upik ini tergolong anak rajin karena tercatat jarang mengerjakan PR di sekolah. Dia lebih memilih mengerjakan PR di rumah. "Menurutku, PR itu sangat perlu bagi pelajar. Pelajar kan tugasnya belajar belajar dan belajar. Dari pada waktu terbuang sia- sia untuk sms'an?", ungkapnya serius.. Upik juga mengatakan jarang suka memberi contekan kepada teman-teman. Bukannya sombong, akan tetapi jika dikerjakan sendiri hasilnya akan lebih puas, meskipun nantinya ada yang salah. Dia menambahkan jika di dunia ini semua guru killer-killer dan memberi hukuman berat kepada siswa yang mengerjakan PR di sekolah, dipastikan semua siswa akan mengerjakan PR di rumah.
Rabu, 15 April 2009
Di Sekolah kan Bisa?
Kunfayakun
Tugas ZZ 5
"Mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya"
Sepenggal lagu Nidji "Laskar Pelangi" menjadi tonggak bagi kita akan wajibnya mempunyai cita-cita (mimpi). Wajib bagaikan hukum sholat umat islam. Tanpa cita-cita orang tidak mengerti untuk apa hidup di dunia. Pasti menganggap "hidup itu enjoy aja", hidup hanya untuk berfoya-foya. Tak ada yang lain. Sekolah pun dianggap tidak berperan di dalamnya. Padahal sekolah merupakan pilihan terbaik meraih cita-cita. Untuk menentukan cita-cita itu sebenarnya mudah. Hal ini dapat dilakukan melalui pengamatan tentang hobi kita masing-masing. Dari situlah kita sedikit mengetahui arah cita-cita kita. Sebut saja kebiasaan bermusik. Jika dari awal sudah mempunyai bakat memainkan alat musik, untuk meneruskan cita-cita menjadi musisi akan semakin mudah. Lain lagi dengan cita-cita menjadi wartawan, yang dimulai karirnya dari kebiasaan menulis, dan masih banyak lagi.
Banyak sekali macam cita-cita yang kita inginkan. Diantara menjadi musisi, wartawan,guru, dokter, cita-cita yang satu ini mempunyai tantangan lebih besar. Polwan, jawabnya. Menurut Bapak Bambang Priyono (selaku Anggota Kepolisian Kepoh Baru) mengatkan,"Tahun lalu lebih dari 100 pencaftar Polwan, yang diterima hanya 2 orang per Kabupaten. Saingannya memang banyak dan setiap tahun selalu bertambah. Persyaratan dipersulit,antara lain tinggi badan minimal 160 cm. Itu pun harus sehat jasmani dan rohani, pintar, lulus tes kesehatan, kaki lurus ,tidak memakai kacamata, gigi tidak berlubang dll. Sebelum benar-benar ingin masuk Polwan, perlu disiapkan mental dan fisik yang kuat, agar jika tidak masuk kita akan stres/down.
Semua cita-cita di atas dapt tercapai, asal dengan syarat niat, berusaha semaksimal mungkin dan berserah diri kepada Dzat Yang Maha Kuasa. "Kunfayakun" artinya "Terjadilah maka terjadilah".